السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Kamis, 12 Juli 2012

SEMPURNAKAN JUM'ATMU DENGAN MANDI


HUKUM MANDI JUM’AT

بسم الله الرحمن الرحيــم

Setiap muslim niscaya tahu akan kewajiban sholat jum'at, namun banyak di antara mereka yang tidak tahu akan kewajiban mandi jum'at. Sebab banyak di antara mereka yang ketika menghadiri ibadah jum'at berupa khutbah dan sholatnya dalam keadaan tidak berubah. Yakni ketika mereka istirahat dari pekerjaan kantor atau belajar di sekolah atau kampus, mereka langsung mendatangi masjid untuk menghadiri jum'at tanpa mandi jum'at terlebih dahulu. Padahal hukum mandi jum'at ini adalah wajib sebagaimana akan datang penjelasan hukumnya.

Namun ketika di antara mereka ada yang mau mengerjakan mandi jum'at, mereka hanya mandi dengan mengguyurkan air ke sekujur tubuh mereka seperti mandi biasa. Padahal yang dimaksud dengan mandi jum'at itu adalah mandi seperti orang yang mandi janabat yaitu mandi yang diawali dengan wudlu sebagaimana telah mafhum dijelaskan dalam hadits-hadits shahih dan penjelasan para ulama.
 
Asal hukum mandi janabat untuk yang hendak mengerjakan sholat jum’at adalah dianjurkan sebagaimana di dalam hadits-hadits berikut ini,

عن أبي هريرة قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ اْلوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى اْلجُمُعَةَ فَدَنَا وَ اسْتَمَعَ وَ أَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اْلجُمُعَةِ وَ زِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ وَ مَنْ مَسَّ اْلحَصَى فَقَدْ لَغَى

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa berwudlu lalu membaguskan wudlunya kemudian mendatangi jum’at lalu mendekat (kepada imam), menyimak dan diam maka diampunilah (dosa)nya antaranya dan antara jum’at (berikutnya) serta ada tambahan tiga hari. Barangsiapa yang menyentuh (memain-mainkan) kerikil maka sungguh-sungguh telah sia-sia”. [HR at-Turmudziy: 498, Muslim: 857 (27), Abu Dawud: 1050 dan Ibnu Majah: 1090. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Sunan at-Turmudziy: 412, Shahih Sunan Abi Dawud: 927, Shahih Sunan Ibni Majah: 894, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6179 dan Misykah al-Mashobih: 1383].

Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullah- ”Di dalam hadits ini bukan menafikan (meniadakan) mandi karena sungguh-sungguh telah datang dari arah yang lain di dalam dua kitab shahih dengan lafazh, ((”barangsiapa mandi”)) maka hal tersebut mengandung penyebutan wudlu bagi orang yang telah terdahulu mandinya untuk pergi. Maka ia membutuhkan pengulangan wudlu” [Lihat Fat-h al-Bariy: II/ 362].

Berkata asy-Syaikh al-Albaniy -rahimahullah-, ”Kesimpulannya adalah bahwa hadits-hadits yang menerangkan wajib mandi jum’at, di dalamnya merupakan hukum tambahan atas hadits-hadits yang bersifat penganjuran, dan hal tersebut tidak saling bertentangan. Dan menjadi suatu kewajiban adalah mengambil yang mengandung tambahan darinya” [Yaitu yang menetapkan hukum wajib mandi bagi yang pergi berangkat jum’at. Lihat Tamam al-Minnah halaman 120 dan baca juga al-Ajwibah an-Nafi’ah halaman 89-91].

عن سمرة بن جندب قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ اْلجُمُعَةَ فَبِهَا وَ نِعْمَتْ وَ مَنِ اغْتَسَلَ فَاْلغُسْلُ أَفْضَلُ

Dari Samurah bin Jundub berkata, Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa berwudlu pada hari jum’at maka ia telah mendapatkan sunnah dan juga kebaikannya. Dan barangsiapa yang mandi maka mandi itu lebih utama”. [HR at-Turmudziy: 497, Abu Dawud: 354, an-Nasa’iy: III/ 94, Ibnu Majah: 1091 dan Ahmad: V/ 8. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Sunan at-Turmudziy: 411, Shahih Sunan Abi Dawud: 895, Shahih Sunan an-Nasa’iy: 1307, Shahih Sunan Ibni Majah: 895, Shahih al-Jaami’ ash-Shaghir: 6180 dan Misykah al-Mashobih: 540].

Beberapa dalil di atas menjelaskan tentang sanjungan atas orang yang berwudlu ketika berangkat untuk menunaikan sholat Jum’at. Tetapi orang yang mandi pada hari itu untuk menunaikannya kedudukannya lebih utama dari orang yang hanya sekedar berwudlu. Kemudian datang beberapa dalil hadits lain yang memerintahkan untuk mandi setiap kali hendak melakukan ibadah sholat jum’at dan bahkan Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam mewajibkannya sebagaimana berikut ini,

عن عائشة قَالَتْ: كَانَ النَّاسُ يَنْتَابُوْنَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ مِنْ مَنَازِلِهِمْ وَ اْلعَوَاليِ فَيَأْتُوْنَ فىِ اْلعَبَاءِ وَ يُصِيْبُهُمُ اْلغُبَارُ فَتَخْرُجُ مِنْهُمُ الرِّيْحُ فَأَتَى رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم إِنْسَانٌ مِنْهُمْ -وَ هُوَ عِنْدِي- فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : لَوْ أَنَّكُمْ تَطَهَّرْتُمْ لِيَوْمِكُمْ هَذَا

Dari Aisyah radliyallahu anha bahwasanya ia berkata, “Manusia datang menghadiri jum’at dari rumah-rumah mereka yaitu dari al-Awaliy (al-Awaliy adalah nama suatu tempat yang berjarak sekitar empat mill atau lebih dari kota Madinah. [Fat-h al-Bariy: II/ 386]). Mereka datang dengan mengenakan mantel dan debu juga menimpa mereka. Maka keluarlah bebauan dari mereka. Datanglah salah seorang dari mereka kepada Rosulullah saw sedangkan Beliau ada di sisiku. Maka Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda, ”andaikan kalian bersuci (mandi) untuk hari kalian ini”. [HR Muslim: 847, al-Bukhoriy: 902, an-Nasa’iy: III/ 93-94 dan Abu Dawud: 352. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imaam al-Bukhoriy: 481, Shahih Sunan an-Nasa’iy: 1306 dan Shahih Sunan Abi Dawud: 339].

عن أبي سعيد الخدري عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: اْلغُسْلُ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ

Dari Abu Sa’id al-Khudriy radliyallahu anhu dari Nabi Shallahu alaihi wa sallam berkata, “Mandi pada hari jum’at itu wajib bagi setiap orang yang telah bermimpi (atau baligh)”. [HR al-Bukhoriy: 858, 879, 880, 895, 2665, Muslim: 846, Abu Dawud: 341, 344, an-Nasa’iy: III/ 92, 93, Ibnu Majah: 1089, Ahmad: III/ 6 dan ad-Darimiy: I/ 361. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy: 470, Mukhtashor Shahih Muslim: 405, Shahih Sunan Abi Dawud: 329, 332, Shahih Sunan an-Nasa’iy: 1302, 1304, Shahih Sunan Ibni Majah: 893, Irwa’ al-Ghalil: 143, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4155, 4177, 4178 dan Misykah al-Mashobih: 538].

Berkata asy-Syaikh Salim bin al-Hilaliy -hafizhohullah-, “Mandi jum’at itu wajib pada hak setiap orang yang telah sampai kewajiban melakukan jum’at baginya”. [Bahjah an-Nazhirin: II/ 315].

عن حفصة عن النبي صلى الله عليه و سلم قَالَ: عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ رَوَاحُ اْلجُمُعَةِ وَ عَلَى كُلِّ مَنْ رَاحَ إِلىَ اْلجُمُعَةِ اْلغُسْلُ

Dari Hafshah radliyallahu anha dari Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Wajib bagi tiap yang telah bermimpi untuk berangkat jum’at dan wajib bagi yang berangkat jum’at untuk mandi”. [HR Abu Dawud: 342. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Sunan Abi Dawud: 330 dan Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4036].

عن ابن عمر أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ اْلجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ

Dari Ibnu Umar radliyallahu anhuma bahwasanya Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian hendak mendatangi jum’at maka mandilah”. [HR al-Bukhoriy: 877, 893, 919, Muslim: 844, an-Nasa’iy: III/ 93 dan Ibnu Majah: 1088. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy: 468, Mukhtashor Shahih Muslim: 404, Shahih Sunan an-Nasa’iy: 1303, Shahih Sunan Ibni Majah: 892, Shahih al-Jaami’ ash-Shaghir: 458, 559, Irwa’ al-Ghalil: 145 dan Misykah al-Mashobih: 537].

Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy -hafizhohullah-, “Wajibnya mandi untuk hari jum’at”. [Bahjah an-Nazhirin: II/ 315].

عن ابن عباس قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : إِنَّ هَذَا يَوْمُ عِيْدٍ جَعَلَهُ اللهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ فَمَنْ جَاءَ إِلىَ اْلجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ وَ إِنْ كَانَ طِيْبٌ فَيَمَسَّ مِنْهُ وَ عَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ

Dari Ibnu Abbas radliyallahu anhuma berkata, telah bersabda Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ini adalah hari raya yang telah dijadikan oleh Allah bagi kaum muslimin. Barangsiapa yang datang kepada jum’at maka mandilah, jika ia memiliki harum-haruman maka kenakanlah dan wajib bagi kalian agar bersiwak”. [HR Ibnu Majah: 1098. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan, lihat Shahih Sunan Ibni Majah: 901, Shahih al-Jami’ ash- Shaghir: 2258 dan Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: 1398].

عن أوس بن أوس الثقفي قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَ اغْتَسَلَ وَ بَكَّرَ وَ ابْتَكَرَ وَ مَشَى وَ لَمْ يَرْكَبْ وَ دَنَا مِنَ اْلإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَ لَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَ قِيَامِهَا

Dari Aus bin Aus ats-Tsaqofiy radliyallahu anhu berkata, ”aku pernah mendengar Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda, ”barangsiapa menjimak (istrinya) [Perkataan غسّل yaitu menjimak istrinya lalu ia membutuhkan mandi. Yang demikian itu agar lebih menjaga (pandangan) di dalam perjalanannya apabila ia keluar menuju jum’at dan mandi setelah berjimak. Dan بكّر yaitu mendatangi sholat di awal waktunya dan ابتكر (bergegas) untuk mendapatkan awal khutbah. [Catatan kaki dari Misykah al-Mashobih: I/ 437 dan Shahiih at-Targhib wa at-Tarhib: I/ 290. Baca pula Bahjah an-Nazhirin: II/ 318] pada hari jum’at dan mandi (dari sebabnya), bersegera datang dan bergegas, berjalan dan tidak berkendaraan, menyimak dan tidak berbicara maka baginya setiap langkahnya sebanding dengan amalan setahun pahala shoum dan menegakkannya”. [HR Ibnu Majah: 1087, Abu Dawud: 345, at-Turmudziy: 496, Ahmad: II/ 209 dan al-Hakim: 1081, 1082. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Sunan Ibni Majah: 891, Shahih Sunan Abi Dawud: 333, Shahih Sunan at-Turmudziy: 410, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6405, Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: 690 dan Misykah al-Mashobih: 1388].

عن ابن عمر رضي الله عنهما أَنَّ عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ بَيْنَمَا هُوَ قَائِمٌ فىِ اْلخُطْبَةِ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ مِنَ اْلمـُهَاجِرِيْنَ اْلأَوَّلِيْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فَنَادَاهُ عُمَرُ: أَيَّةُ سَاعَةٍ هَذِهِ؟ قَالَ: إِنيِّ شُغِلْتُ فَلَمْ أَنْقَلِبْ إِلىَ أَهْلِي حَتىَّ سَمِعْتُ التَّأْذِيْنَ فَلَمْ أَزِدْ أَنْ أَتَوَضَّأَ فَقَالَ: وَ اْلوُضُوْءُ أَيْضًا؟ وَ قَدْ عَلِمْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ يَأْمُرُ بِاْلغُسْلِ

Dari Ibnu Umar radliyallahu anhuma bahwasanya Umar bin al-Khaththab radliyallahu anhu ketika ia sedang berdiri Khutbah pada hari jum’at tiba-tiba masuklah seseorang dari golongan Muhajirin yang pertama-tama dari shahabat Nabi Shallahu alaihi wa sallam. Umar menyerunya, “Waktu apa ini?”. Ia menjawab, “Aku memiliki kesibukan dan tidak sempat kembali kepada keluargaku sampai aku mendengar adzan maka aku tidaklah menambah lebih dari berwudlu”. Umar berkata, “Dan hanya berwudlu pula?, padahal aku telah mengetahui bahwasanya Rosulullah saw telah memerintahkan untuk mandi”. [HR al-Bukhoriy: 878, 882, Muslim: 845 dan Abu Dawud: 340. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy dan Shahih Sunan Abi Dawud: 328].

عن أبي هريرة رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِصلى الله عليه و سلم قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ غُسْلَ اْلجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنمَّاَ قَرَّبَ بَدَنَةً وَ مَنْ رَاحَ فىِ السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنمَّاَ قَرَّبَ بَقَرَةً وَ مَنْ رَاحَ فىِ السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنمَّاَ قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَ مَنْ رَاحَ فىِ السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنمَّاَ قَرَّبَ دَجَاجَةً وَ مَنْ رَاحَ فىِ السَّاعَةِ اْلخَامِسَةِ فَكَأَنمَّاَ قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ حَضَرَتِ اْلمـَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu bahwasanya Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mandi hari jum’at seperti mandi janabat kemudian berangkat maka seolah-olah ia berkurban seekor unta. Barangsiapa yang berangkat pada saat yang kedua maka seolah-olah ia berkurban seekor sapi. Barangsiapa berangkat pada saat yang ketiga maka seolah-olah ia berkurban seekor kambing yang dewasa. Barangsiapa yang berangkat pada waktu yang keempat maka seolah-olah ia berkurban seekor ayam. Dan barangsiapa yang berangkat pada saat yang kelima maka seolah-olah ia berkurban sebutir telur. Maka apabila imam telah keluar maka para malaikat hadir untuk mendengarkan khutbah”. [HR al-Bukhoriy: 881, Muslim: 850, an-Nasa’iy: III/ 99 dan Abu Dawud: 351. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy: 471, Shahih Sunan an-Nasa’iy: 1315, Shahih Sunan Abi Dawud: 338, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6063 dan Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: 710].

عن أبي ذر رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ فَأَحْسَنَ غُسْلَهُ وَ تَطَهَّرَ فَأَحْسَنَ طَهُوْرَهُ وَ لَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ وَ مَسَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ مِنْ طِيْبِ أَهْلِهِ ثُمَّ أَتَى اْلجُمُعَةَ وَ لَمْ يَلْغُ وَ لَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَ اثْنَيْنِ غُفِرَ لَهُ مِنْ بَيْنِهِ وَ بَيْنَ اْلجُمُعَةِ اْلأُخْرَى

Dari Abu Dzarr radliyallahu anhu dari Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mandi pada hari jum’at lalu ia membaguskan mandinya, bersuci lalu ia membaguskan bersucinya, memakai dari pakaian yang terbagusnya, menggunakan wewangian keluarganya yang telah ditetapkan oleh Allah untuknya. Kemudian ia mendatangi jum’at, tidak berbicara dan tidak pula memisahkan antara dua orang (yang sedang duduk) maka diampuni baginya (dosa-dosanya) antaranya dan antara jum’at berikutnya”. [HR Ibnu Majah: 1097. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan, lihat Shahih Sunan Ibni Majah: 900 dan Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6064].

عن سلمان الفارسي قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم : لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَ يَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَ يَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يُخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اْلجُمُعَةِ اْلأُخْرَى

Dari Salman al-Farisiy radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Nabi Shallahu alaihi wa sallam, "Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at, bersuci apa yang ia sanggupi dari bersuci, menyemprotkan wewangian dari wewangiannya atau menggunakan harum-haruman rumahnya kemudian ia keluar serta tidak memisahkan antara dua orang lalu ia sholat apa yang telah ditetapkan untuknya kemudian ia diam ketika imam berbicara melainkan diampuni baginya apa yang di antaranya dan antara jum’at berikutnya”. [HR al-Bukhoriy: 883, 910. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy: 473, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 7736, Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: 689 dan Misykah al-Mashobih: 1381].

عن طاووس قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: ذَكَرُوْا أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: اغْتَسِلُوْا لِيَوْمِ اْلجُمُعَةِ وَ اغْسِلُوْا رُءُوْسَكُمْ وَ إِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا جُنُبًا وَ أَصِيْبُوْا مِنَ الطِّيْبِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: اْلغُسْلُ نَعَمْ وَ أَمَّا الطِّيْبُ فَلاَ أَدْرِي

Dari Thowus, aku berkata kepada Ibnu Abbas, “Mereka menyebutkan bahwasanya Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mandilah untuk hari jum’at, basuhlah kepala-kepala kalian meskipun kalian tidak junub dan kenakan sebahagian dari harum-haruman”. Ibnu Abbas radliyallahu anhuma berkata, ”Kalau mandi ya, tetapi adapun harum-haruman aku tidak tahu”. [HR al-Bukhoriy: 884, 885 dan Muslim: 848. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy: 474, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 1076, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 3510 dan Shahih at Targhib wa at-Tarhib: 692].

عن أبي هريرة قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: نَحْنُ اْلآخِرُوْنَ السَّابِقُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أُوْتُوا اْلكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَ أُوْتِيْنَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ فَهَذَا اْليَوْمُ الَّذِي اخْتَلَفُوْا فِيْهِ فَهَدَانَا اللهُ فَغَدًا لِلْيَهُوْدِ وَ بَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى فَسَكَتَ ثُمَّ قَالَ: حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَغْتَسِلَ فىِ كُلَّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ يَوْمًا يَغْسِلُ فِيْهِ رَأْسَهُ وَ جَسَدَهُ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam, ”Kita adalah orang-orang terakhir tetapi orang-orang yang pertama pada hari kiamat. Mereka diberikan kitab sebelum kita sedang kita diberikan sesudah mereka. Hari ini (maksudnya hari Jum’at) yang mereka berselisih padanya, maka Allah menunjukkan kita (untuk memilihnya), esok untuk kaum yahudi dan lusa untuk kaum Nashrani”. Lalu Beliau diam kemudian bersabda, ”kewajiban atas setiap muslim untuk mandi satu hari di setiap tujuh hari yang ia membasuh kepala dan tubuhnya”. [HR al-Bukhoriy: 896-897, 898, 3487, Muslim: 849, an-Nasa’iy: III/ 93 dan Ahmad: III/ 304. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Mukhtashor Shahih al-Imam al-Bukhoriy: 467, Shahih Sunan an-Nasa’iy: 1305, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 3154, Irwa’ al-Ghalil: I: 173 dan Misykah al-Mashobih: 539].

Dalil-dalil hadits di atas dengan gamblang menunjukan disyariatkan dan diwajibkannya mandi jum’at bagi orang yang hendak menunaikan sholat jum’at. Dan dianjurkan pula bagi mereka pada hari jum’at untuk menjimak istrinya, bersegera untuk berangkat ke masjid, berjalan ke arah masjid dengan berjalan kaki tidak berkendaraan, memakai pakaian yang terbaik dan terindah, menggunakan harum-haruman, duduk di dekat dan menghadap imam, tidak memisahkan antara dua orang yang duduk, tidak saling berbicara dengan orang lain dan diam mendengarkan khatib yang sedang berkhuthbah. Maka sepatutnya bagi setiap orang yang menganggap dirinya sebagai muslim untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya. Janganlah mereka dilalaikan dengan perkara-perkara dunia sehingga mengabaikan kewajiban-kewajiban mereka di dalam mengerjakan amalan-amalan akhirat.

Namun jika seorang muslim yang bekerja di kantor atau sejenisnya, sedangkan di tempatnya bekerja itu tidak dijumpai tempat untuk mandi, maka hendaklah ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mandi jum’at, misalnya dengan menumpang mandi di kantor, masjid. Jika ternyata juga sulit dan tidak menjumpainya, maka hendaklah ia mandi di rumah untuk niat sholat jum’at, lalu berangkat dan bekerja sebagaimana biasa kemudian ketika hendak masuk waktu untuk sholat jum’at hendaklah ia memperbaharui wudlunya. Wallahu a’lam bi ash-Showab.