السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Rabu, 04 Juli 2012

MEWASPADAI DA'I GADUNGAN


DA'I MENGAJAK KEPADA KESESATAN, MUNGKINKAH???

بسم الله الرحمن الرحيم

Di masa sekarang ini banyak dijumpai orang-orang yang menyandang status “Dai/ah, ustadz/ah, syaikh, kyai, habib ataupun sejenisnya”. Namun tak sedikit diantara mereka, yang sadar ataupun tidak sebenarnya telah dan akan menjerumuskan umat manusia khususnya kaum muslimin ke dalam kesesatan dan kebatilan yang dalam. Namun hal ini telah disinyalir oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam di dalam beberapa hadits di bawah ini. Diantaranya adalah hadits dari Hudzaifah bin al-Yaman radliyallahu anhu yang panjang,

عن حذيفة بن اليمن يَقُوْلُ: كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم عَنِ اْلخَيْرِ َو كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مخَاَفَةً أَن يُدْرِكَنىِ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا كُنَّا فىِ جَاهِلِيَّةٍ وَ شَرٍّ فَجَاءَنَا اللهُ بهَذَا اْلخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا اْلخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ قُلْتُ: وَ هَلْ بَعْدَ هَذَا الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: نَعَمْ وَ فِيْهِ دَخَنٌ قُلْتُ: وَ مَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: قَوْمٌ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِى تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَ تُنْكِرُ قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ اْلخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ دُعَاةٌ إِلىَ [و فى رواية أخرى: عَلىَ] أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ: هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَ يَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنَا إِنْ أَدْرَكَنىِ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَلْزَمُ جمَاَعَةَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ إِمَامَهَمْ قُلْتُ: فَإِن لَمْ يَكُنْ َلهُمْ جمَاَعَةٌ وَ لاَ إِمَامٌ؟ قَالَ: فَاعْتَزِلْ تِلْكَ اْلفِرَقَ كُلَّهَا وَ لَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ الشَّجَرَةِ حَتىَّ يُدْرِكَكَ اْلمَوْتُ وَ أَنْتَ عَلىَ ذَلِكَ

Dari Hudzaifah bin al-Yaman radliyallahu anhu berkata, Orang-orang bertanya kepada Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepadanya tentang keburukan karena aku khawatir keburukan itu akan menimpaku. Aku berkata, “Wahai Rosulullah sesungguhnya kami dahulu di dalam masa kejahiliyahan dan keburukan, lalu Allah datang kepada kami dengan membawa kebaikan ini, maka adakah keburukan sesudah kebaikan ini?”. Beliau menjawab, “Ya”. Aku berkata, “Wahai Rosulullah, apakah ada kebaikan sesudah keburukan ini?”. Beliau menjawab, “Ya, dan pada masa itu ada dakhon (kabut)”. Aku bertanya, “(Wahai Rosulullah), apakah kabutnya itu?”. Beliau menjawab, “Ada kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku, yang mengenali dan mengingkari sebahagian mereka”. Aku berkata, “(Wahai Rosulullah !) apakah ada keburukan sesudah kebaikan itu ?”. Beliau menjawab, “Ya, akan ada beberapa da’i yang menyeru kepada (di dalam riwayat lain, “berdiri di atas) pintu-pintu neraka jahannam. Barangsiapa yang menjawab (seruan) mereka, maka mereka akan melemparkannya ke dalam nereka jahannam tersebut”. Aku berkata, “Wahai Rosulullah, terangkanlah sifat-sifat mereka !”. Beliau menjawab, “Mereka itu adalah dari jenis kulit kita dan berbicara dengan dengan bahasa kita”. [HR al-Bukhooriy: 3606, 7084, dan lafazh ini baginya, Muslim: 1847, Ahmad: V/ 386-387, 403, 406, Abu Dawud: 4246 dan Ibnu Majah: 3979. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Fat-h al-Bariy: VI/ 615-616, XIII/ 35, al-Jami’ ash-Shahih: VI/ 20, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawiy: XII/ 237, Mukhtashor Shahih Muslim: 1231, Shahih Sunan Abu Dawud: 3571, ‘Aun al-Ma’bud: XI/ 212-213, Shahih Sunan Ibnu Majah: 3214, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2994, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1791 dan Misykah al-Mashobih: 5382].

Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, “Mereka itu adalah dari jenis kulit kita, yaitu dari kaum kita, dari orang yang berbahasa dan bermillah kita”. Di dalamnya terdapat suatu isyarat bahwasanya mereka itu adalah dari orang Arab. Berkata ad-Dawudy, “yaitu dari anak Adam (manusia)”. Dan berkata al-Qoobisiiy, “artinya adalah bahwasanya mereka itu pada lahirnya di atas agama kita, tetapi di batinnya menyelisihi”. [Fat-h al-Bariy: XIII/ 36].

Di dalam riwayat Muslim dari jalan yang lain, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada sepeninggalku beberapa imam yang tidak mengambil petunjuk (bimbingan) dengan petunjukku dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku, dan akan tegak di kalangan mereka beberapa lelaki yang hati mereka adalah hati setan di dalam tubuh manusia”. [Lihat Shahih Muslim: 1847, al-Jami’ ash-Shahih: VI: 20 dan Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawiy: XII/ 238].

Di dalam riwayat Ibnu Majah, Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Akan ada beberapa fitnah, di atas pintunya ada beberapa da’i (yang mengajak) ke neraka. Engkau mati dalam keadaan menggigit batang pohon lebih baik bagimu daripada mengikuti salah seorang dari mereka”. [HR Ibnu Majah: 3981. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy Shahih sebagaimana di dalam Shahih Sunan Ibni Majah: 3216 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1791].

Dari dalil di atas, dapat diketahui bahwa akan ada dan senantiasa ada beberapa da’i yang akan mengajak kepada kesesatan dan neraka Jahannam. Maka rugi dan celakalah bagi orang yang menjawab dan mengikuti seruan atau dakwah mereka tersebut. Hal ini disebabkan para da’i tersebut tidak mengikuti bimbingan, petunjuk dan sunnah Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahkan ada dikalangan mereka yang berhati setan (Iblis) dengan membawa visi dan misi menuju kepada kesesatan dan neraka Jahannam dengan berbagai upaya dan segala macam tipu daya. Ma’adzallah.

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قَالَ: مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَ مَنْ دَعَا إِلىَ ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka adalah baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka adalah atasnya dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, yang demikian itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka”. [HR Muslim: 2674, dan lafazh ini baginya, at-Tirmidziy: 2674, Abu Dawud: 4609, Ibnu Majah: 206, Ahmad: II/ 397 dan ad-Darimiy: I/ 130-131. Berkata Abu ‘Isa at-Tirmidziy: Hadits ini adalah Hasan Shahih, dan berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat al-Jami’ ash-Shahih: VIII/ 62, Shahiih Muslim bi Syarh an-Nawawiy: XVI/ 227, Mukhtashor Shahih Muslim: 1860, Shahih Sunan at-Tirmidziy: 2154, Tuhfah al-Ahwadziy: VII/ 410-411, Shahih Sunan Abi Dawud: 3853, ‘Aun al-Ma’bud: XII/ 236, Shahih Sunan Ibnu Majah: 171, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6234, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 865, Shahih at-Targhib wa at-Tarhib: 114, Misykah al-Mashobih: 158, Riyadl ash-Shoolihiin: 174, 1380, Tahqiq Riyadl ash-Sholihin: 179, 1390 dan Fay-dl al-Qodir: 8663].

Berkata al-Imam an-Nawawiy rahimahullah, “Dan barangsiapa mengajak (berdakwah) kepada petunjuk maka ia akan mendapatkan seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, atau (barangsiapa berdakwah) kepada kesesatan maka ia akan memperoleh dosa orang-orang yang mengikutinya, sama saja apakah petunjuk dan kesesatan itu ia yang memulainya ataukah telah didahului (oleh orang lain), dan sama saja apakah petunjuk dan kesesatan tersebut mengajarkan ilmu, ibadah, adab atau selain itu”. [Shahih Muslim bi syarh an-Nawawiy: XVI/ 227].

Berkata asy-Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaliy hafizhohullah, “Wajib bagi muslim agar waspada terhadap dakwah-dakwah palsu dan menjauhkan diri dari teman-teman yang buruk karena ia akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap apa yang ia amalkan”. [Bahjah an-Nazhirin: I/ 262].


عن أنس بن مالك عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قَالَ: أَيمُّاَ دَاعٍ دَعَا إِلىَ ضَلاَلَةٍ فَاتُّبِعَ فَإِنَّ لَهُ مِثْلَ أَوْزَارِ مَنِ اتَّبَعَهُ وَ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا وَ أَيمُّاَ دَاعٍ دَعَا إِلىَ هُدًى فَاتُّبِعَ فَإِنَّ لَهُ مِثْلَ أُجُوْرِ مَنِ اتَّبَعَهُ وَ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا

Dari Anas bin Malik, dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya ia bersabda, “Dai manapun yang mengajak kepada kesesatan lalu ia diikuti, maka baginya seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, dan tidak akan berkurang sedikitpun dari dosa-dosa mereka. Dan da’i manapun yang mengajak kepada petunjuk lalu ia diikuti, maka baginya seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya dan tidak akan berkurang sedikitpun dari pahala-pahala mereka”. [HR Ibnu Majah: 205. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih Sunan Ibnu Majah: 170, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2712 dan Fay-dl al-Qodir: 3010].

Dengan adanya dalil di atas, maka hendaklah setiap muslim bersikap waspada dan mawas diri terhadap seseorang yang mengaku-ngaku atau berlaku dan berlagak sebagai da’i (juru dakwah), karena Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah memberi peringatan kepada umatnya bahwasanya tidak semua da’i itu mengajak kepada petunjuk dan kebenaran, tetapi ada di antara mereka yang mengajak kepada kesesatan, kebinasaan dan kehancuran di dalam neraka Jahannam. Maka mati dalam keadaan menggigit akar atau batang sebuah pohon itu lantaran ber-uzlah lebih baik dari pada mengikuti salah seorang dari mereka, karena kondisinya yang sesat dan menyesatkan. Di samping itu juga Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengancam, bahwasanya siapapun yang mengajak kepada kesesatan maka akan dibebankan baginya dosa-dosa orang yang mengikutinya, dan tiada berkurang sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mengikutinya tersebut.

Dan bahkan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan adanya fitnah dan bahaya yang akan menimpa umatnya, yang ditimbulkan oleh para imam mereka yang sesat lagi menyesatkan. Dengan dakwah dan fatwa yang tidak berlandaskan kepada keimanan dan petunjuk atau dalil, para imam tersebut merusak tatanan syariat Islam, sehingga yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar, tauhid menjadi syirik dan syirik menjadi tauhid, yang sunnah menjadi bid’ah dan yang bid’ah menjadi sunnah. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam di dalam hadits berikut,

عن ثوبان قال: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه و سلم إِنمَّاَ أَخَافُ عَلىَ أُمَّتىِ اْلأَئِمَّةَ اْلمُضِلِّيْنَ

Dari Tsauban berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam , “Hanyalah yang aku takuti (khawatirkan) atas umatku adalah para imam yang menyesatkan”. [HR at-Tirmidziy: 2229, dan lafazh ini baginya, Ibnu Majah: 3952, Abu Dawud: 4252, Ad-Darimiy: II/ 311 dari Tsauban, I/ 70 dari Abu Darda’, dan Ahmad: V/ 278, 283 dari Tsauban, V/ 145 dari Abu Dzarr, IV/ 123 dari Syaddad bin Aus, VI/ 441 dari Abu Darda’ dan I/ 42 dari ‘Umar bin al-Khoththob. Berkata at-Tirmidziy: hadits ini adalah hadits hasan shahih, dan berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih, lihat Shahih Sunan at-Tirmidziy: 1817, Tuhfah al-Ahwadziy: VI: 408-409, Shahih Sunan Ibnu Majah: 3192, Shahih Sunan Abu Dawud: 3577, ‘Aun al-Ma’bud: XI: 218, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 1551, 2316, Silsilah al-Ahadiis ash-Shahihah: 1582, Misykah al-Mashobih: 5394 dan Fay-dl al-Qodir: 2563].

Berkata al-Imam al-Mubarokfuriy, “Yaitu orang yang mengajak kepada bid’ah-bid’ah, perbuatan fasiq dan dosa-dosa”. [Tuhfah al-Ahwadziy: VI/ 408 dan ‘Aun al-Ma’bud: XI/ 218].

Berkata al-Imam al-Munawiy, “yaitu orang-orang yang menyimpang lagi menyimpangkan (manusia) dari kebenaran”. [Fay-dl al-Qodir: II/ 563].

Dari Ziyaad bin Hudair berkata, Umar pernah berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apakah yang meruntuhkan islam?”. Aku berkata, “Tidak”. Umar berkata, “Yang meruntuhkan islam itu ialah tergelincirnya orang berilmu, debatnya orang munafik dengan al-Qur’an dan hukumnya imam-imam yang menyesatkan”. [Atsar ini diriwayatkan oleh ad-Darimiy: I/ 71. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Misykah al-Mashobih: 269 dan Mukhtashor Jami’ Bayan al-’ilmi wa fadl-lihi nomor: 122 halaman 116].

Dan Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan sebahagian tanda-tanda hari kiamat adalah dengan dituntutnya ilmu tentang agama dari sisi para ahli bid’ah atau orang-orang yang berkata dengan pendapat mereka, sebagaimana hadist berikut ini,

عن أبي أمية الجمحي أن رسول الله صلى الله علسه و سلم قال: إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَن يُلْتَمَسَ اْلعِلْمُ عِنْدَ اْلأَصَاغِرِ

Dari Abu Umayyah al-Jamhiy bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebahagian dari tanda-tanda hari kiamat adalah dituntutnya ilmu dari sisi al-Ashoghir”. [HR Ibnu al-Mubarak di dalam kitab az-Zuhd: 61 halaman 20-21 dan ath-Thabraniy. Berkata asy-SYaikh al-Albaniy: Shahih, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2207, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 695, Asyrath as-Sa’ah oleh Yusuf al-Wabil halaman 183, Mukhtashor Jami’ Bayan al-Ilmi wa fadl-lihi oleh Ibnu Abdilbarr halaman 67-68 dan Fay-dl al-Qodir: II: 533 hadits nomor: 2475].

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Manusia itu senantiasa di dalam kebaikan selama ilmu itu datang kepada mereka dari arah para shahabat Muhammad saw dan akabir (yaitu para orang besar) mereka. Maka apabila ilmu itu datang kepada mereka dari ashooghir mereka maka pada saat itulah mereka binasa”. [Telah mengeluarkan atsar ini Ibnu al-Mubarak di dalam az-Zuhd: 815 halaman 281].

Pernah ditanyakan kepada Ibnu al-Mubarak, “Siapakah al-Ashooghir itu?”. Ia menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang berkata dengan ro’yu (pendapat) mereka. Adapun anak kecil meriwayatkan dari orang besar maka bukanlah anak kecil”. [Lihat catatan kaki nomor 2 kitab az-Zuhd halaman 21, Asyrath as-Sa’ah halaman 183 dan Mukhtashor Jami’ Bayan al-Ilmi wa fadl-lihi halaman 68].

Berkata Ibnu al-Mubarak, “al-Ashoghir itu adalah para ahli bid’ah”. [Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: I: 316, Asyrath as-Sa’ah halaman 183 dan Fay-dl al-Qodir: II/ 533].

Ibnu Ubaid menyebutkan bahwasanya yang dimaksud shoghir (kecil) di dalam (hadits) ini adalah kecil di dalam kemampuan bukan di dalam usia. [Fay-dl al-Qodir: II/ 533].

Menilik hadits di atas bersama penjelasannya, maka apa yang telah disebutkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam pasti akan terjadi dan kinipun telah terbukti, yakni banyak dan maraknya kaum muslimin menimba dan menuntut ilmu agama dan akhirat dari orang-orang yang dikenal sebagai ashoghir, yang telah dijelaskan oleh para ulama salaf sebagai ahli bid’ah dan orang yang berucap dengan pendapat mereka sampai menjelang datangnya hari kiamat. Dan hal ini merupakan celaan bagi mereka. asy-Syaikh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al-Wabil rahimahullah di dalam kitabnya Asyrath as-Sa’ah menyebutkan hadits ini sebagai tanda-tanda hari kiamat yang ketiga puluh lima dari tanda-tanda hari kiamat kecil.

Jadi jelaslah, bahwa jika para da’i tersebut tidak berlandaskan ilmu tauhid, tidak bersumberkan dan bersandarkan kepada al-Qur’an dan hadits yang shahih dengan penjelasan para ulama salaf serta tidak bermuarakan kepada sirah nabawiy maka seruan dan dakwah mereka tidak akan lurus dan tiada pula bernilai. Bahkan tidak terarah dan tidak beraturan serta akan menyimpang jauh dari kebenaran. Sehingga disadari ataupun tidak, mereka adalah salah satu dari beberapa da’i yang telah diisyaratkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai da’i yang sesat lagi menyerukan dan menyuarakan kesesatan, kebinasaan dan neraka Jahannam. Sebagaimana telah diungkapkan oleh beberapa hadits dan atsar di atas. Al-‘iyaadzu billah. Dan teranglah pula, bahwa siapapun manusia, khususnya kaum muslimin yang mengikuti dan menerima seruan mereka, maka niscaya para da’i tersebut akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang neraka Jahannam yang dipenuhi siksa abadi, tiada keringanan bagi mereka sedikitpun dan tiada pula ditangguhkan.

Wahai saudara-saudaraku, marilah kita mempelajari agama kita dari dai-dai yang selalu melandaskan dakwah mereka kepada alqur’an dan hadits-hadits yang shahih sesuai dengan pemahaman salafush shalih agar kita tidak tergelincir kepada kesesatan dan siksa neraka. Sebab setiap dai sebagai manusia tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan karena mereka terkadang dikuasai hawa nafsu, akal logika, persangkaan atau lingkungan sekitarnya. Maka jika dai2 itu selalu merujuk kepada keduanya dengan penuh ketundukan, maka hal ini akan meminimalkan kesalahan dan kekeliruan mereka dalam berbicara, berfatwa dan berdakwah.

Hal ini akan melahirkan kegundahan, pada hari berlepas dirinya orang-orang yang diikuti di antara para pemimpin, syaikh ataupun ulama dari orang-orang yang mengikuti di antara bawahan, santri ataupun masyarakat abangan dan juga tidak diterimanya dalih alasan dan tiada manfaatnya penyesalan (lihat QS al-Baqoroh/2: 166-167) .Pada hari itu pula tiada gunanya harta, anak dan kekuasaan kecuali orang yang datang kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan hati yang bersih dan suci.
Maka waspadalah… waspadalah….. waspadalah.